Senin, 07 Februari 2011

Kota Ambon

Kota Ambon merupakan kota dan sekaligus ibukota Propinsi Maluku. Luas wilayahnya mencapai 377 km² dengan penduduk sekitar 236.210 jiwa, terdiri dari laki-laki 125.169 orang dan wanita 140.994 orang. Sekitar 74,3 persen penduduk tidak lulus SLTA. Sedngkan yang sempat mengenyam pendidikan tinggi hanya 7,8 persen.

Dulu Ambon dikenal sebagai kota yang indah, tenang dan aman, tetapi sejak tahun 1999, kota ini merupakan ajang pertikaian antara beberapa pihak yang mengatas-namakan agama Kristen dan Muslim. Keadaan menjadi lebih parah dengan semakin merajalelanya pemberontak RMS yang memakai kesempatan kembali mencoba membentuk negara baru. Banyak penduduknya mengungsi ke tempat lain akibat konflik itu, namun sudah ada rekonsiliasi dan kedua kelompok damai kembali.


Banyak peninggalan sejarah dan sekaligus daerah tujuan wisata diantaranya; Patung Pattimura, di Lapangan Merdeka; Patung Martha Christina Tiahahu, di Karang Panjang; Tugu Dolan, di Kudamati; Tugu Trikora, di Urimesing; Taman Makam Pahlawan PD II-Australia, di Tantui; Monumen Australia, di Laha; Monumen Jepang, di Tawiri; Patung Franciscus Xaverius, di Batumeja; Fort Victoria, di Belakang Kota; Monumen Rumphius, di Batu Meja; Museum Siwalima, di Taman Makmur; Pantai Namalatu, di Latuhalat; Pantai Natsepa Indah, di Natsepa; Pantai Santai, di Latuhalat; Tanjung, di Tanjung Nusaniwe; Pintu Kota, di Airlow; dan Pantai Desa Hukurila (Wikipedia: 2008)

Struktur perekonomian Maluku memiliki keunikan tersendiri. Kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB adalah sektor jasa-jasa. Besarnya kontribusi sektor ini mencapai 27,29 persen (berdasar harga konstan 2000) atau senilai Rp 364,53 milyar. Besarnya nilai jasa-jasa ini tidak luput dari besarnya kontribusi belanja pemerintah daerah atas kebutuhan wilayah mereka sehingga tercipta efek penggandaan (Jasa-jasa pemerintahan).

Selain itu, pergerakan sektor jasa-jasa dalam mendorong perekonomian Ambon karena masih tersedianya objek wisata baik wisata alam, wisata bahari, wisata sejarah dan budaya atau upacara adat.

Sektor ekonomi lain yang juga menjadi pendorong pergerakan ekonomi Kota Ambon adalah sektor perdagangan hotel dan restoran. Kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB mencapai Rp 319.5 milyar lebih atau 23,92 persen dari PDRB. Jumlah pedagang itu meliputi 1.384 usaha, 986 diantaranya berskala kecil, 268 beskala sedang dan sisanya berskala besar (130 usaha). Usaha itu menyebar secara merata di tiga kecamatan. Untuk akomopdasi penginapan, terdapat sekitar 10 hotel berbintang dan 23 hotel non bintang. Hotel berbintang I sebanyak 5 unit, berbintang II sebanyak 2 unit dan berbintang III sebanyak 3 unit.

Sebagai sebuah kota, Ambon juga mampu memproduksi hasil pertanian. Hal ini terlihat dari besarnya nilai sumbangan pertanian pada PDRB sebesar 18,5 persen atau bernilai Rp 247,14 milyar. Sebagai sebuah kota produksi pertanian relatif beragam seperti palawija, buah-buahan, sayur mayur, peternakan dan perikanan laut.

Jumlah panen buah-buahan tahun 2006 mencapai 1.844,68 ton terdiri dari alpukat, jeruk, duku, mangga, durian, pepaya dan kecapi. Sedangkan untuk hasil sayur-sayuran tahun 2006 mencapai 5.222,13 ton dan bumbu-bumbuhan mencapai 256,88 ton. Selain itu hasil yang tak kalah hebat dan memiliki nilai ekonomi tinggi adalah hasil perikanan laut, tahun 2006 telah memanen 5.812,72 ton ikan laut dengan nilai ekonomi Rp 16,9 milyar lebih.

Untuk itu, fokus perekonomian Kota Ambon kedepan adalah fokus pembangunan ekonomi berbasis pertanian, perdagangan dan industri makanan, terutama hasil pertanian dan perikanan laut. Semua upaya itu jika dilakukan dengan baik dan profesional, akan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat Ambon.

Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Ambon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar